Official Blog dari MI Muhammadiyah 1 Slinga, Kec. Kaligondang Kab. Kaligondang

Pendidikan Gratis(?)

Pendidikan Gratis(?) 
(sebuah tulisan santai)




Banyak yang menganggap bahwa slogan "Pendidikan Gratis" hanya omong doang. Skeptisme diantara para pembaca pasti beraneka ragam. Pendidikan gratis bagaimana?pasti ujung-ujungnya bayar juga. Memang slogan tersebut terdengar aneh dan begitu banyak menimbulkan reaksi yang antipati. Bukan hanya dari kalangan masyarakat selaku konsumen dalam dunia pendidikan tetapi juga akademisi di luar sana.

UUD 1945 sendiri mengamanatkan agar mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan cara halal yang bagaimanapun bahkan melalui pendidikan gratis. Apalagi dengan berlakunya Wajib Belajar 12 tahun (lihat Kebijakan Wajib Belajar 12 Tahun) akan membuat masyarakat yang sadar akan pentingnya pendidikan berbondong-bondong menyekolahkan putra- putrinya meskipun hanya di madrasah yang gratis bulanan.

Realitas di lapangan menjadi jawaban dari keraguan tersebut, dimana kini banyak madrasah di daerah menyelenggarakan pendidikan gratis, gratis dari pembiayaan bulanan dan uang gedung tentunya, dan jika beruntung seragampun akan didapat secara gratis.

Tulisan ini bukanlah sebuah alat promosi dari madrasah dengan slogan tadi. Tulisan ini bermaksud menjawab atau setidaknya meringankan keraguan masyarakat terhadap madrasah yang notabene memang menyelenggarakan pendidikan tanpa wali murid harus terbebani biaya bulanan.

Sebuah ungkapan lain muncul sebagai kritik dari slogan yang saya tulis di atas. 'Kalau pendidikan gratis, kualitasnya bagaimana?'

Pertanyaan di atas seolah menyentil dan mengusik para pendukung Pendidikan Gratis. Harus bagaimana menjawab? saat itulah terlintas sebuah pertanyaan untuk mempertanyakan pertanyaan tadi, 'bagaimana kita bisa mengukur kualitas sebuah pendidikan? apakah dengan prestasi dan terkenalnya sebuah lembaga pendidikan? apakah dengan jumlah murid yang masuk setiap tahunnya? apakah dengan daya saing alumninya? apakah dengan sarana prasarananya? atau bahkan dengan tingkat profesionalitas gurunya?

Akan berat jika kita mengukur sebuah kualitas pendidikan. Bahkan definisi kualitas sendiri akan membingungkan kita. Apakah madrasah yang berkualitas itu yang memenuhi standar? ya, pastinya sebuah madrasah harus memenuhi standar yang ditetapkan pemerintah melalui Akreditasi.

Sebuah madrasah yang gratis 'bulanannya', bukan tidak mungkin memiliki sarana prasarana yang menunjang operasionalnya. Karena pemerintah melalui BOS dan bantuan lainnya hampir berhasil membuat madrasah mentas dari kondisi yang tidak lebih baik sebelumnya.

Prestasi? prestasi sebuah madrasah bukan hanya diukur dari sebuah piala atau rating saja. Keberhasilannya survive selama bertahun pun menjadi sebuah prestasi. Kepercayaan dari masyarakat sekitar terhadap madrasah adalah prestasi yang paling hebat, bagaimana tidak, jika masyarakat sendiri memercayai kinerja madrasah, merasa memiliki dan seolah wajib turut serta memajukan madrasah di sekitarnya sudah barang tentu inilah prestasi yang perlu dikejar. Simbolis dari prestasi tersebut adalah hadiah bagi guru yang telah berusaha keras membimbing dan mendidik muridnya. Ya, banyak madrasah yang berprestasi dan mampu bersaing dengan sekolah berbayar dengan profit dan level yang lebih tinggi. 

Meningkatnya jumlah murid seriap tahunnya menjadi bonus tersendiri dari kepercayaan masyarakat seperti disebutkan dalam alinea sebelumnya. Seperti halnya sebuah restoran yang menyajikan hidangan lezat, halal dan bergizi, dan pelayanan prima, pelanggan akan datang lagi esok harinya bahkan dengan membawa sanak familinya. Masyarakat seolah akan ketagihan dengan hasil kinerja madrasah yang ia percayai untuk menitipkan anaknya.

Daya saing alumni adalah outcome sebuah madrasah yang sukses. Belum banyak madrasah yang memberdaya dan mengelola alumni, bahkan dari pihak alumni sendiri seolah lepas begitu saja tanpa adanya feedback kepada madrasahnya. Mungkin akan muncul ungkapan, alumni madrasah A tetapi tidak ada alumni murid bagi seorang guru. Inilah yang seharusnya ada dalam sedikit perhatian para alumni. Daya saingnya diluar sana akan turut membentuk citra almamaternya. Bukan tidak mungkin akan banyak alumni yang sebenarnya sangat memercayai alamamaternya sehingga secara sadar atau tidak ia memilih untuk menyekolahkan putra- putrinya ke madrasah yang pernah mendidiknya bahkan ia tidak keberatan jika pendidikannya dilaksanakan secara gratis.

Profesionalitas guru? setiap guru pasti memiliki keinginan untuk menjadi profesional. Hanya bagaimana ia mampu atau tidak mencapainya. Pemerintah dengan Standar Kompetensi Guru-nya seolah ingin mengajak agar para guru di Indonesia menjadi profesional dengan berbagai persyaratan dan kompetensi yang harus dicapai (lihat 4 kompetenssi guru). Ya, madrasah gratis bukanalah alat justifikasi bahwa seorang guru di dalamnya bukanlah guru yang profesional. Karena profesionalitas guru ditentukan oleh guru itu sendiri dalam mencapai kompetensi yang ada.

Setidaknya sedikit ulasan ini sebagai referensi untuk meringankan kegalauan masyarakat tentang penyelenggara Pendidikan Gratis. 

MIMSatu Slinga


Labels: mimsatusiana, Pendidikan, Pendidikan Gratis, Pendidikan Madrasah, Tulisan santai

Thanks for reading Pendidikan Gratis(?). Please share...!

0 Comment for "Pendidikan Gratis(?)"

Back To Top