Pasti para pembaca sudah pernah membaca mengenai topik yang sama seperti apa yang saya tulis, jika pembaca menulis kata kunci 'mengapa memilih madrasah' akan ada ratusan bahkan ribuan tulisan yang ditampilkan oleh mesin pencari.
Tulisan ini tidak membahas secara teoritis dan hanya tulisan ringan yang boleh jadi hanya dibangun murni dari argumentasi penulis sehingga penulis membuka peluang terhadap kritik dan masukan terhadap tulisan ini.
Ilustrasi siswa madrasah |
Mengapa harus madrasah? untuk berprestasi kenapa harus ke madrasah?Ya, memang tidak menjadi sebuah jaminan bahwa sebuah madrasah memiliki mutu yang lebih baik daripada sekolah umum lainnya. Akan tetapi, sekali lagi bahwa mutu pendidikan sangat sulit diukur, apalagi kita sulit mendefinisikan apa itu mutu. Banyak madrasah yang telah bertransformasi menjadi sebuah madrasah yang berprestasi dengan memeksimalkan segala sumber daya baik siswa maupun guru untuk meraih prestasi yang dituju. Paling tidak, terjaminnya akhlak peserta didik menjadi nilai tambah tersendiri bagi madrasah.
Era globalisasi dengan berbagai informasi baik positif maupun negatif yang semakin banyak disekitar kita akan memaksa orang tua untuk 'membentengi' putra- putrinya agar dapat memilah dan menggunakan informasi yang positif dan menghindari informasi yang tidak perlu. Melalui madrasah, peserta didik selain dididik dengan pembelajaran umum juga dibekali dengan pengetahuan agama yang normatif yang sangat berguna untuk membentengi para peserta didik.
Proses pembelajaran di madrasah yang memberikan porsi lebih terhadap pengetahuan dan pemahaman agama Islam dapat mengimbangi kemampuan IPTEK (hp dan gadget lainnya) peserta didik yang telah mengenal atau dikenalkan oleh orang tuanya. Pembiasaan- pembiasaan praktek pengalaman ibadah yang berkesinambungan juga dapat memberikan efek positif terhadap kebiasaan siswa beribadah setelah kembali kepada keluarga dan masyarakatnya.
Tentu, terlepas dari berbagai keuntungan dan manfaat yang didapat di madrasah, 'madrasah' utama dan pertama peserta didik adalah keluarganya. Pendidikan keluarga yang baik tentu menjadi stimulus yang baik pula terhadap perkembangan psikis peserta didik. Tak jarang peserta didik yang kurang begitu mendapatkan perhatian keluarga sebagai 'madrasah' memiliki karakter yang tidak sesuai norma dan mungkin dianggap oleh sebagian orang sebagai 'anak nakal'.
Banyak orang tua yang merasa tidak mampu dan lebih memercayai pihak lain untuk mengasuh dan mendidik anak-anaknya. Tentu madrasah dapat menjadi solusi yang tepat selain pondok pesantren, hanya saja harus tetap ada sinergitas anatara orang tua dan pihak madrasah sehingga peserta didik tidak merasa diacuhkan oleh orang tuanya karena mendapat perhatian lebih dari madrasah dan atau oleh pondok pesantren. Madrasah tanpa kontrol orang tua tentu tidak dapat 'menyembuhkan' sebutan anak nakal tanpa bantuan dan perhatian orang tua yang bersangkutan. Tetapi, madrasah dapat membantu menanamkan budi pekerti yang dapat meminimalisir perilaku- perilaku peserta didik yang dianggap 'nakal'.
Madrasah Ibtidaiyah sebagai sekolah tingkat dasar sebaiknya membangun sinergitas yang baik antara madrasah dengan orang tua dan masyarakat dalam melaksanakan praktek pendidikan, apalagi dengan kondisi psikis dan psikologis anak yang masih dalam tahap pertumbuhan perlu cara yang sesuai dengan kondisi peserta didik. Dengan pembiasaan dan pendidikan agama Islam yang cukup signifikan diberikan pada peserta didik dapat membantu permasalahan remaja nantinya.
(bersambung)
Proses pembelajaran di madrasah yang memberikan porsi lebih terhadap pengetahuan dan pemahaman agama Islam dapat mengimbangi kemampuan IPTEK (hp dan gadget lainnya) peserta didik yang telah mengenal atau dikenalkan oleh orang tuanya. Pembiasaan- pembiasaan praktek pengalaman ibadah yang berkesinambungan juga dapat memberikan efek positif terhadap kebiasaan siswa beribadah setelah kembali kepada keluarga dan masyarakatnya.
Tentu, terlepas dari berbagai keuntungan dan manfaat yang didapat di madrasah, 'madrasah' utama dan pertama peserta didik adalah keluarganya. Pendidikan keluarga yang baik tentu menjadi stimulus yang baik pula terhadap perkembangan psikis peserta didik. Tak jarang peserta didik yang kurang begitu mendapatkan perhatian keluarga sebagai 'madrasah' memiliki karakter yang tidak sesuai norma dan mungkin dianggap oleh sebagian orang sebagai 'anak nakal'.
Banyak orang tua yang merasa tidak mampu dan lebih memercayai pihak lain untuk mengasuh dan mendidik anak-anaknya. Tentu madrasah dapat menjadi solusi yang tepat selain pondok pesantren, hanya saja harus tetap ada sinergitas anatara orang tua dan pihak madrasah sehingga peserta didik tidak merasa diacuhkan oleh orang tuanya karena mendapat perhatian lebih dari madrasah dan atau oleh pondok pesantren. Madrasah tanpa kontrol orang tua tentu tidak dapat 'menyembuhkan' sebutan anak nakal tanpa bantuan dan perhatian orang tua yang bersangkutan. Tetapi, madrasah dapat membantu menanamkan budi pekerti yang dapat meminimalisir perilaku- perilaku peserta didik yang dianggap 'nakal'.
Madrasah Ibtidaiyah sebagai sekolah tingkat dasar sebaiknya membangun sinergitas yang baik antara madrasah dengan orang tua dan masyarakat dalam melaksanakan praktek pendidikan, apalagi dengan kondisi psikis dan psikologis anak yang masih dalam tahap pertumbuhan perlu cara yang sesuai dengan kondisi peserta didik. Dengan pembiasaan dan pendidikan agama Islam yang cukup signifikan diberikan pada peserta didik dapat membantu permasalahan remaja nantinya.
(bersambung)
MIMSatu Slinga
Labels:
mimsatusiana,
Pendidikan,
Tulisan santai
Thanks for reading Mengapa Memilih Madrasah?. Please share...!
0 Comment for "Mengapa Memilih Madrasah?"